KORELASI AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DAN PENDIDIKAN (Tafsir Surat Ali Imran, 3 : 104)

Oleh :

Dr. Hj. Huriyah, M.Pd.

 

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.

Menurut Al Maraghi yang dimaksud dengan al ma’ruf adalah sesuatu yang dipandang baik menurut agama dan akal. Sedangkan yang disebut al munkar adalah lawan atau kebalikan dari yang ma’ruf.[1] Dalam Mu’jam Mufradat al Fadz al Qur’an, ma’ruf didefinisikan nama bagi setiap perbuatan yang diakui mengandung kebaikan menurut pandangan akal dan agama. Sedangkan al munkar adalah sesuatu yang ditentang oleh akal dan agama .[2] Dalam pada itu Muhammad Abduh mengatakan amar ma’ruf nahi munkar adalah benteng pemeliharaan ummat dan sumber timbulnya persatuan.[3] Lebih jauh, Abu ‘Ala al Maududi menyatakan bahwa kata ma’ruf yang jamaknya ma’rufat adalah nama untuk segala kebajikan atau sifat-sifat baik yang sepanjang masa telah diterima dengan baik oleh hati nurani manusia. Sedangkan nahyi munkar adalah nama untuk segala dosa dan kejahatan-kejahatan yang sepanjang masa telah dikutuk oleh watak manusia sebagai jahat.[4]

Merujuk pendapat yang telah disebutkan di atas dapat dianalisis bahwa yang termasuk dalam kata ma’ruf adalah segala sesuatu baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, pemikiran dan sebagainya yang dipandang baik menurut syari’at (agama) dan akal fikiran, atau yang dianggap baik menurut akal serta sejalan atau tidak bertentangan dengan syari’at. Sedangkan munkar kebalikan dari ma’ruf yang banyak macamnya meliputi kejahatan dalam bidang social, pendidikan, ekonomi, kebudayaan, politik dan sebagainya.

Selanjutnya di kalangan ahli tafsir dan para fakar dakwah kerapkali menghubungkan kata amar ma’ruf nahi munkar dengan kegiatan dakwah. Bahkan lebih spesifik lagi kata tersebut digunakan sebagai basis bagi perumusan pengertian dan tujuan dakwah Islamiyah. Dakwah adalah menyeru, mengajak atau mendorong manusia dengan kuat agar berpedoman kepada kebaikan dan petunjuk Tuhan, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran agar mereka memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.[5] Dengan demikian, kegiatan dakwah pada intinya menggerakkan orang lain agar tertarik melakukan hal-hal yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar. Kegiatan dakwah dalam konteks amar ma’ruf mencakup segenap aspek kehidupan masyarakat, baik dalam bidng social, pendidikan, ekonomi, kebudayaan, politik dan sebagainya.[6]

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik untuk mencapai taraf kedewasaan.[7] Perubahan yang diharapkan dalam pendidikan mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotor (keterampilan). Untuk dapat mencapai ketiga ranah tersebut, maka komponen-komponen yang ada dalam pendidikan (pendidik, peserta didik, tujuan, materi, metode, dan evaluasi) harus saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Dalam hal ini pendidikan Islam mempunyai posisi sentral untuk mensosialisasikan ajaran Islam, baik secara individu maupun social di berbagai aspek kehidupan manusia. Pendidikan Islam harus menginternalisasikan nilai-nilai iman, taqwa dan moral kepada peserta didik agar memiliki komitmen religius yang tinggi dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang pada gilirannya melahirkan budaya religius.[8] Dengan demikian hubungan (korelasi) dakwah dan pendidikan tampak erat.

Adapun korelasi dakwah dan pendidikan berdasar kepada al Qur’an surat Ali Imran ayat 104 dapat dilihat dan dianalisis sebagai berikut[9]:

  1. Dilihat dari segi sasarannya. Dakwah dan pendidikan memiliki sasaran yang sama, yaitu manusia. Walaupun sama obyeknya, tapi antara dakwah dan pendidikan ada perbedaan. Sasaran dalam dakwah ada yang dikelompokan ada yang tidak. Dalam berdakwah dilakukan ke dalam kelompok dari berbagai latar belakang, jenis kelamin, usia, tingkat kecerdasan, dan lainya yang berbeda-beda menjadi satu. Sedangkan dalam pendidikan, obyek sasarannya terklasifikasi berdasarkan perbedaan usia, kecerdasan dan lainnya.
  2. Dilihat dari segi ruang lingkup atau materi yag disampaikan, dakwah dan pendidikan memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah ruang lingkup atau materi dakwah dan pendidikan harus sejalan dengan al Qur’an dan Sunnah. Perbedaannya materi dalam dakwah lebih umum atau tidak terperinci dan lebih menggambarkan motivasi global. Sedangkan materi pendidikan lebih terperinci yang dituangkan dalam kurikulum dan silabus yang harus dicapai pada setiap semester, triwulan dan setiap kali tatap muka pembelajaran.
  3. Dilihat dari tujuannya. Tujuan dakwah dan pendidikan memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah sama-sama mengubah sikap mental manusia, perubahan kognitif, afektif dan psikomotor dengan cara diberikan motivasi, dan materi-materi agar orang tersebut mau melaksanakan ajaran Islam, sehingga ia dapat melaksanakan fungsi kekhalifahannya dalam rangka beribadah kepada Allah. Tetapi dalam pendidikan terdapat tujuan yang bertingkat, yaitu rumusan tujuan bersifat universal, nasional, institusional, kurikuler, mata pelajaran, pokok bahasan, dan tujuan sub pokok bahasan.
  4. Dilihat dari segi metodenya. Dakwah dan pendidikan memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya dalam berdakwah metode yang digunakan dengan tiga cara, yaitu hikmah, mau’idzah hasanah dan mujadalah (Q.S. al Nahl : 125). Sedangkan metode dalam pendidikan, disamping yang tiga tersebut masih banyak lagi variasinya, seperti ceramah, diskusi, keteladanan,, kisah, sosio drama, simulasi, problem solving, karyawisata, drill dan sebagainya.

Berdasarkan deskripsi di atas, maka perlu adanya kerja sama yang solid antara kegiatan dakwah dengan pendidikan. Dakwah harus memotivasi masyarakat agar mau meningkatkan kualitas dirinya dengan cara meningkatkan kemampuannya melalui pendidikan. Demikian pula pendidikanpun harus memotivasi masyarakat agar mau melakukan dakwah dan mengamalkan ajaran amar ma’ruf nahi munkar. Wallahu a’lam

[1] Imam Musthafa al Maraghi, Tafsir al Maraghiy, (Beirut: Dar al Fikr, tp,th), hal,21

[2] Al Raghib al Asfahani, Mu’jam Alfadz al Qur’an, (Beirut: Dar al Fikr, tp. Th.). hal.343

[3] Al Ustadz al Imam al Sayikh Muhammad Abduh, Tafsir Al Manar, Juz. IV, (Mesir: tp.,pn.,tp.th.), hal 26

[4]Lihat. Abu ‘Ala al Maududi, Pokok-pokok Pandangan Hidup  Muslim, (terj.) Osman Raliby dari judul asli Islam Way of life, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), hal.32

[5] Anwar Masy’ari, Studi Tentang Ilmu Dakwah, (Surabaya: Bina Ilmu, 1981), cet. I, hal. 38

[6] Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir al Ayat  al Tarbawi, (Jakarta: Raja Grapindo, 2002) hal. 179-181

[7] D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Ma’arif, 1982) hal. 80

[8] I. Suyuthi Pulungan, Universalisme Islam, (Jakarta: Moyo Segoro Agung, 2002) cet. I, hal. 110

[9] Abuddin Nata,. 0p. cit., hal. 171 – 186

 

Daftar Pustaka

Imam Musthafa al Maraghi, Tafsir al Maraghiy, (Beirut: Dar al Fikr, tp,th)

Al Raghib al Asfahani, Mu’jam Alfadz al Qur’an, (Beirut: Dar al Fikr, tp. Th.)

Al Ustadz al Imam al Sayikh Muhammad Abduh, Tafsir Al Manar, Juz. IV, (Mesir: tp.,pn.,tp.th.)

Abu ‘Ala al Maududi, Pokok-pokok Pandangan Hidup  Muslim, (terj.) Osman Raliby dari judul asli Islam Way of life, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967)

Anwar Masy’ari, Studi Tentang Ilmu Dakwah, (Surabaya: Bina Ilmu, 1981)

Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir al Ayat  al Tarbawi, (Jakarta: Raja Grapindo, 2002)

D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Ma’arif, 1982)

I. Suyuthi Pulungan, Universalisme Islam, (Jakarta: Moyo Segoro Agung, 2002)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top