Desa Citemu Menuju Desa Digital

UIN Siber Syekh Nurjati — [Cirebon, 21/01/2025]. Terdorong oleh hasil pemetaan desa tingkat RT yang dilakukan mahasiswa UIN Siber Syekh Nurjati bersama anak-anak muda Citemu, kuwu Desa Citemu menetapkan target menjadi Desa Digital di tahun 2025 dengan dana mandiri Desa. Hal ini disampaikan oleh Kuwu Herintiano pada rapat persiapan teknis pemetaan desa di kantor Desa Citemu hari ini [21/01/2025]. “Tujuan dari rapat ini adalah persiapan teknis pendataan menuju Desa Digital tahun 2025. Desa-desa lain mempunyai target sendiri-sendiri, desa kita menuju Desa Digital”, ungkapnya.

Pemetaan desa Citemu merupakan tindak lanjut dari proses sebelumnya yang baru mencakup satu RT dari sembilan RT. Hadir dalam pertemuan ini segenap aparat desa, mulai dari RT, RW, Karangtaruna, BPD dan Bumdes. Dari luar desa juga hadir Wakhit Hasim dari UIN Siber Syekh Nurjati, Farida dan Faiz dari Yayasan Wangsakerta, Fatimah dan Saebah kader Desa Setupatok.

Meskipun baru satu RT, manfaat dari pemetaan sudah dirasakan oleh Desa antara lain adalah batas desa yang tepat, penomoran rumah sehingga kemudahan untuk mencari alamat rumah. “Kita baru tahu setelah pemetaan ternyata batas desa Citemu yang ada di internet salah karena tidak sesuai dengan faktanya. Dengan pemetaan ini kita tahu batas-batas wilayah jadi jelas, rumah-rumah ada nomornya bahkan sangat detail hingga foto rumahnya sehingga mudah bagi yang mencari alamat menemukannya”, ujar Kuwu Desa.

Manfaat lain yang sudah dirasakan adalah menemukan potensi sampah rajungan untuk diolah sehingga menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Khusus mengenai potensi ekonomi cangkang rajungan ini, UIN SSC melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat telah mendukung Desa untuk membangun Rumah Pengering Cangkang Rajungan (Solar Dryer Dome)  dan pengadaan mesin penepung.

Dalam rapat ini Kuwu Citemu meminta Yayasan Wangsakerta memfasilitasi proses persiapan teknis pemetaan ini. “Mohon ibu Farida memimpin rapat teknis pemetaan ini, berapa orang yang dibutuhkan untuk pemetaan, bagaimana kriterianya pendatanya sehingga RT bisa mencari tim yang sesuai kebutuhan di RT masing-masing”, ungkapnya.

Meskipun manfaatnya nyata dirasakan masyarakat, namun keamanan data digital juga menjadi perhatian masyarakat. Angga dari anggota BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) desa Citemu menanyakan bagaimana keamanan data dapat terjamin mengingat kemungkinan untuk dimanfaatkan oleh pihak eksternal desa. Hal serupa ditanyakan oleh Tedi dari DPMD (Dinas Pemberdayan dan Masyarakat Desa) Pemerintah Provinsi Jawa Barat di Bandung yang sedang bertugas di Desa Citemu. Terhadap kekhawatiran ini Farida menjelaskan tidak ada yang perlu dikawatirkan, pemetaan ini bukan pesanan investor.

“Pemetaan ini dilakukan oleh warga Desa Citemu sendiri, untuk kepentingan  Desa sendiri, dan diatur oleh Desa sendiri, dalam hal ini Pak Kuwu melalui Perdes atau SK Desa dapat mengatur soal sistem pengelolaan data hingga pengelola datanya (operatornya). Data yang dihasilkan itu bersifat offline, tidak online, yang hanya bisa dibuka oleh petugas yang ditetapkan oleh Desa, tidak sembarang orang bisa mengakses data tersebut. Publikasi online hanya dilakukan untuk informasi tertentu yang sudah diolah, bukan dari data mentah, misalnya data demografi dasar jumlah Penduduk, Jumlah KK, dan lain-lain sesuai keputusan Desa”, jelasnya.

Petugas pemetaan akan direkrut oleh Pemerintah desa dari warga desa yang bersedia dan punya kemauan belajar. Setelah ditetapkan oleh Desa, tim ini akan mendapatkan pelatihan lebih dulu untuk menjalankan pendataan. “Kita minta masing-masing RT kirim timnya 6 orang, sebagaimana yang dikatakan oleh ibu Ida dari Wangsakerta sebagai pemimpin pemetaan. Ari ana warga kang nakon nggo apa pendataan kiye aja pada meneng. Dijelasnang kanggo pendataan penduduk, kanggo Desa Digital”, demikian perintah Kuwu.

Mengapa penting rekrutmen pemetaan desa dari warga desa sendiri. Ini karena tiga alasan, seperti disampaikan oleh Farida, “Pertama, supaya bisa kenal desa sendiri. Kedua, yang tahu data adalah masyarakat sendiri. Ketiga, tidak bisa dibohongi. Kalau warga desa sendiri, jujur, gak bisa ngaku-ngaku. Valid datanya”, ujarnya.  Dengan pemetaan secara partisipatif ini selain untuk mempermudah pelayanan kependudukan,  masyarakat dan Pemdes diajak untuk menguasai ruang kehidupannya. Dengan data hasil pemetaan, masyarakat dan Pemdes dapat mengenali tantangan dan potensi desanya sehingga bisa bergerak bersama-sama untuk memajukan desa.

Faiz Naufal mahasiswa UIN SSC yang sekaligus warga belajar Yayasan Wangsakerta dalam kesempatan ini mempresentasian contoh kongkrit tampilan data hasil pemetaan Desa Citemu melalui layar TV. Faiz juga menyebarkan blangko berisi daftar hal-hal yang didata dalam pemetaan tersebut. Presentasi ini mendemonstrasikan penggunaan informasi hasil olahan data dengan cepat dengan contoh langsung dari rumah salah satu peserta rapat. Dalam layar TV tampil foto rumah yang bersangkutan beserta data-data yang tersedia di sana.

Di akhir pertemuan ini pak Kuwu meminta pihak UIN SSC untuk memberi arahan dan sambutannya. Wakhit Hasim dari LP2M menyampaikan terima kasih kepada Kuwu Desa Citemu dan jajarannya untuk kerjasama pemetaan desa ini. “Bapak ibu kudu semangat ya! Mari kita majukan desa kita. Desa ini maju tidaknya tergantung dari Bapak Ibu sendiri, bukan dari orang lain. Kami dari UIN SSC akan mendukung pemetaan ini dengan mengirimkan mahasiswa untuk membantu pemetaan jika dibutuhkan, yang paling utama yang melakukan pemetaan ini adalah masyarakat Desa Citemu sendiri, bukan UIN SSC”, demikian sambutannya.

Setelah presentasi selesai, Kuwu meminta jajaran pejabat dan staf desa musyawarah singkat tersendiri untuk menentukan langkah praktis persiapan pemetaan Desa Citemu menuju Desa Digital. [].

Scroll to Top