ANALISIS METODE TAFSIR DALAM KITAB MAFATIH AL GHOIB

Oleh :

Mahbub Nuryadien

 

A. Pendahuluan

Alquran adalah kitab Allah yang diturunkan kepada rasul-Nya Muhammad saw, sebagai petunjuk dan rahmat bagi manusia, agar manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya. Alquran sebagai sumber ajaran Islam berisi konsep-konsep, prinsip-prinsip pokok dan aturan-aturan atau norma-norma yang bersifat global perlu ditafsirkan, dijabarkan, dijelaskan dan dioperasikan agar dapat dngan mudah diaplikasikan dalam kehidupan manusia.

Pemahaman terhadap ayat-ayat Alquran, melalui penafsiran mempunyai peranan yang sangat penting bagi kemajuan umat Islam. Hal ini telah dilakukan oleh para mufasi semenjak rasulullah sampai sekarang. Mereka (para mufassir) dengan segenap kemampuannya berusaha menafsirkan ayat-ayat Alquran.

Mengingat ayat-ayat Alquran itu masih bersifat global, maka tidaklah mengherankan apa bila dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran itu banyak corak dan ragamnya. Berbagai factor dapat menimbulkan keragaman itu. Diantaranya perbedaan kecenderungan, inters dan motivasi mufassir perbedaan misi yang diemban, perbedaan ke dalam dan ragam ilmu yang dikuasai, perbedaan masa dan lingkungan yang mengitari, perbedaan situasi dan kondisi yang dihadpi dan lain-lainya.[1]

Dalam tulisan  akan dibahas segala hal yang berkaitan dengan tafsir Mafatih al Ghoib karya mufassir yang masyhur. Tafsir tersebut tentu memilki karakteristik-karakteristik dan corak penafsiran yang berbeda-beda

B. Kitab Tafsir Mafatih Al Ghoib

  1. Biografi Al-Razy

Al-Razy atau nama lengkapnya Abu Abdillah Muhammad Ibnu Umar Bin Al-Hasan Ali At-Tamimy Al-Bakry Ath-Thibristany lahir di Ray pada tanggal 15 Romadhon 544 H[2]. Beliau berasal dari keluarga yang berpendidikan, sehingga tidak aneh jika sejak kecil Ar-Razy telah bergelut dengan ilmu berbagai agama. Ayahnya bernama Dhiya’uddin Umar seorang ulama bermazhab Safi’iyyah. Adalah guru utamanya. dibawah bimbingan ayah sekaligus gurunya. Ar-Razy memperoleh banyak pengetahuan di bidang fiqih, ushul fiqih dan ilmu kalam[3]. Itu Ar-Razy belajar kepada beberapa ulama lain diantaranya belajar teologi dan filsafat kepada Majduddin Al-Jilli, Fiqih dan Ushul Fiqih kepada Al-Kaml As-Sam’ani[4]. Bekat Ketekunan dan kecerdasannya Ar-Razy berhasil menguasai berbagai disiplin ilmu seperti fiqih, Lughoh, Logika, Kalam bahkan Kedokteran

Dengan kemampuannya tersebut Ar-Razy terjun ke arena diskusi, memberikan ceramah dalam membela akidah ahlussunah wal jama’ah (terutama aliran Asy’ariyah) dan mazhab fiqih Safi’iyah sebagai seorang yang memiliki pengetahuan dan wawasan luas. Ar-Razy menghasilkan karya tulis, diantaranya Al-Maushul fi Ilmu Ushul fiqih. Al-maththalib al-aliyah fi al-hikmah al-ma’alim fi ushuludin, siraj qulub, manaqhibun imam As-syafi’I. kitab qodho wa’al qodar al-milal wa al-nihal masailu thib. Kitab Al-mulakhos fi al-Falsafat. Di tafsir al-Kabir al-Fatih al-ghoib[5] Ar-Razy meninggal dunia di Heart paada tanggal 1 Syawal 606 H, Konon karena diracun oleh kelompok yang tidak sepaham dengannya[6]

  1. Karakteristik Tafsir Mafatih Al-Ghaib

Kitab tafsir mafatih al-ghalib atau sering disebut at-tafsir al-Kabir terdiri dari 16 jilid. Dalam tafsir ini Ar-Razy berupaya mencurahkan segenap ilmunya, sehingg tafsir ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan kitab-kitab tafsir lainnya. Melalui ayat-ayat yang berkaitan filsafat, beliau tuangkan bahasa-bahasa yang bersifat falsafi. Sementara ayat-ayat yang menyentuh bidang Teologis beliau curahkan segala kemampuannya dengan bidang Teologuis meskipun pada prinsipnya cenderung membela paham ahlussunah Asy’ariyah, sedangkan untuk ayat-ayat yang berhubungan dengan fiqih beliau berusaha menyajikan perbincangan-perbincangan mengenai fiqih cenderung membela mazhab syafi’iyah demikian pula dengan ayat-ayat yang menyangkut  bidang kesehatan, kedokteran, phenomena fisika dan sebagainya Ar-Razy berusaha mengungkapkannya berdasarkan disiplij ilmu yang dimiliknya[7]. A-Razy tidak sempat menyempurnakan isi kita tafsirnya ini hingga selesai[8]. Beberapa karakteristik penafsiran Ar-Razy dalam kitab tafsir Al-Ghaib antara lain adalah :

a. Penafsirannya banyak mengarah kepada ilmu kealaman, Ilmu pasti dan filsafat.

Sebagai samplenya adalah penafsiran Ar-Razy dalam surat Ar-Ra’du ayat 3:

Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”

 

Disini Ar-Razy mengungkapkan ayat tersebut, dengan menggunakan pendekatan ilmu kealaman, seperti yang dikatakannya:

Dalam ayat lain yaitu surat Al-Hijr ayat 22. Ar-Razy disamping menggunakan pendekatan ilmu pasti juga menggunakan pendekatan filsafat.

b. Dalam penafsirannya mengenai persoalan kalam. Ar-Razy cenderung membela faham  asy’ariyah (ahlussunah). Untuk kepentingan ini Ar-Razy menguraikan berbagai pendapat ahli kalam dan kemuadian membantahnya misalnya dalam penafsiran surat Fussilat ayat 2-4.

Dalam petanya dengan ayat tersebut menuju persoalan mengenai apakak Al-Qur’an itu qodim apa hadits dan makhluk apa bukan makhluk. Ar-Razy menjelaskan secara panjang lebar penafsiran orang mutajilah tentang ayat tersebut. Berdasarkan ayat ini mereka berpendapat bahwa Al-Qur’an itu makhluk dengan alasan:

Pertama, Allah mensifatkan Al-Qur;an dengan keadaan turunnya berangsur-angsur. Yang berangsur-angsur itu dapat dirasakan dan dibuat jadi satu keadaan, Kedua,  Al-Tanjil adalah isim mashdar, dan mashdar adalah maf’ul mutlaq. Ketiga, Allah mensifatkan Al-Qur’an dengan bentuk bahasa Arab. Sehingga yang demikian itu tidak pantas disebut kodim

c. Dalam penafsirannya Ar-Razy sering menggunakan pendekatan munasabah untuk mengunggap rahasia maka kandung Al-Qur’an. Tidak kurang dari 3 jenis munasabah yang termuat dalam tafsir mafatih al-ghoib, diantaranya munasabah antar nama surat munasabah antar bagian awal surat berikutnya, munasabah antar surat yang berdampingan, munasabah antar bagian satu dengan yang lainnya dalam satu ayat.munasabah antara kelompok ayat-ayat dengan kelompok ayat dengan kelompok ayat lain yang berdampingan. Munasabah antara fawatihus suwar dengan kandungan isi Al-Qur’an

d. Tafsir mafatih al-ghoib memiliki kecenderungan mengikuti mazhab syafi’i ini terlihat dalam penafsirannya mengenai ayat-ayat yang menyangkut tentang bukum. Meskipun tafsir ini mengemukakan pendapat para fuqoha namun pada kesimpulan pada akhirnya merujuk pada pendapat imam syafi’I, seperti pada pebafsiran lafadz dari surat Al-Maidah ayat 6.

Secara umum dalam penafsirannya banyak menggunakan pendekatan pilsafat, sehingga cara pebafisrannya yang mendominasi dalam tafsir mafatih al-ghoib digolongkan sebagai tafsir bir-rayi dengan corak palsafi.

  1. Penilaian dan Kritik ulama

Mengenai kitab tafsir Mafatih al-Ghoib, Manna’ al-Qothan berpendapat bahwa Ar-Razy dalam kitab tafsir ini mencurahkan perhatian untuk menerangkan [9] korelasi (musabah) anatara ayat dan surat Al-Qur’an mengemukakan mazhab-mazhab fiqih, namun sebenarnya sebagian besar uraian tersebut tidak diperlukan dalam ilmu tafsir. Dengan demikian berpesan kitab tafsir ini sebuah ensiklopedia ilmiah tentang ilmu kalam kosmologi dan fisika, sehingga ia kehilangan telefansinya sebagai tafsir Al-Qur’an [10].

Senada dengan pendapat diatas. Abu hayan sebagaimana diikuti oleh asy-syirbashi bependapat bahwa Ar-Razy menampung banyak hal ihwal secara panjang lebar yang sama sekali tidak diperlukan ilmu tafsir. Bahkan ada beberapa ulama mengatakan bahwa didalam tafsir Ar-Razy pendapat segala hal kecuali tafsir[11].

  1. Metode penafsiran

Kitab tafsir mafatih al=ghoib dalam penafsirannya menggunakan metode tahlili, yakni menfsirkan Al-Qur’an ayat per ayat dan surat demi surat secara beraturan dengan susunan ayat dan surat al-Qur’an dalam Qur’an mushaf utsmani,

C. Kesimpulan

Dengan demikian, kitab tafsir Mafatih al-Ghoib karya Fakhrudin Ar-Rozy dapat diambil kesimpulan sebagai berikut

  1. Kitab tafsir tersebut merupakan produk tafsir yang mengambil bentuk penafsiran bir-ra’yi sebagai dasar rujukan membawa pengaruh pada corak kedua tafsir tersebut. Az-zamakhsyari yang berlatar belakang seorang ahli bahasa dan sastra yang menfsirkan al-Qur’an melalui pendekatan kebahasaan. Sehingga corak mendominisi tafsir al-Kasyaf adalah corak lughowi, sedangkan ar-Razy yang memiliki kepastian dalam bidang ilmu dan filsafat menerangkan al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan falsafi.
  2. Tafsir tersebut masing-masing memiliki keistimewaan dan karakteristik yang berbeda.
  3. Pengaruh faham atau mazhab yang dianut oleh mufasir menjadi factor penyebab objektifat kedua kitab tafsir tersebut dalam menjelaskan makna kandungan al-Qur;an dan timbulnya penyimpangan dalam penafsiran.
  4. Tafsir dalam penafsirannya sama-sama menggunakan metode tahlily

 

DAFTAR PUSTAKA

Agil Husein Al Munawwar, I’jazul Qur’an dan Metodologi Tafsir, (Semarang: Dina Utama, 1994),

Manna’ al Qaththan, Mabahits fi Ulum al Qur’an, (Riyadh; Mansyurat al Asyr al Hadits, 1973)

Abd Hay al Farmawy, Al Bidayah fi at Tafsir wa al Ma’udh’iyah Dirasat Manhajiyyah Maudhuiyah, (1997),

Ar-Razy, Tafsir al-Kabir aw Al-Fatih Juz 2 h, 126

Az Zamakhsyari, Al Kasysyaf an Haqaiq at Tanzil wa Uyun al Aqaid fi Wujuh at Ta’wil, (Mesir: Musthafa al Babi al Halawy, 1972),

Ahmad al Sibhrashi, Qishshash al Tafsir, (Kairo: Dar al Qalam, 1962)

Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia,(Jakarta: Djembatan, 1992),

Muhammad Husain al Dzahabi, al Tafsir wa al Mufasirun, (t.p. 1976)

 

[1] Agil Husein Al Munawwar, I’jazul Qur’an dan Metodologi Tafsir, (Semarang: Dina Utama, 1994), hal. 44

[2] Az-Zahabi, Tafsir Al-Mufassirun h. 290

[3] Az-Zahabi, Tafsir Al-Mufassirun h. 290

[4] Az-Zahabi, Tafsir Al-Mufassirun h. 290

[5] Az-Zahabi, Tafsir Al-Mufassirun h. 290

[6] Az-Zahabi, Tafsir Al-Mufassirun h. 291

[7] Tim IAIN Syarif Hidayatullah ensiklopedia islam Indonesia, Jakarta: Djembatan, 1992 h. 810

[8] Para ulama mempersoalkan sampai dimana Ar-Razy menafsirkan dakam Mafatih Ghoib dan siapa yang menyempurnakannya. Az-Zhabi, Tafsir Al-Mufassirun h. 291-292.

[9] Ar-Razy, Tafsir al-Kabir aw Al-Fatih Juz 2 h, 126

[10] Manna Qattan, man babits fi ulum al-Qur’an h 368

[11]  Asy-Syirbashi Qisbat at-Tafsir h. 119

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top